Powered By Blogger

Rabu, 03 Desember 2008

Edisi Mahasiswa

Sore ini, selepas bermain sepak bola di lapangan sekitar Kampus, beberapa teman kost telah duduk berkumpul di lorong yang memisahkan kamar-kamar kost kami yang saling berhadapan.

Disini memang tersedia dua buah bangku kayu panjang, dimana aku dan mereka biasa duduk santai dan bercerita tentang peristiwa di kampus maupun hal lain yang terjadi.

Dan pertandingan tadi adalah pertandingan sepak bola terakhir menjelang bulan puasa karena esok hari adalah hari pertama bulan Ramadhan.

"Keliatannya cederamu parah," kataku kepada Haris sambil kuperhatikan luka
memar yang ada di lututnya.

"Lumayan, waktu Eddo men-tackling kaki gue dari belakang tadi memang posisi gue jatuh nggak siap brur". jawabnya sambil meringis seperti menahan perih lukanya.

"Lapor polisi aja bang, lukamu parah"celetuk Busur sekenanya

Sontak kami tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Mahasiswa seangkatanku ini berasal dari Lampung dan satu kamar dengan Haris,anak ini memang lucu dan suka bercanda.

Tuhan memang sepertinya sedang berbaik hati mengirimkan mahluk lucu ini sebagi salah satu penghuni kost kami.

Badannya yang pendek namun kekar menjadi bentuk yang sempurna ketika dilengkapi dengan rimbunan rambutnya yang keriting.
Sosok yang membuat kami tersenyum terlebih dahulu sebelum dia mulai bicara.

"Bise aje lu ngledek , gue kepret juga lu!" kata Haris dengan aksen betawinya, meski kadang membuat kami menahan senyum geli karena logat Tegalnya tak bisa disembunyikan.

"Sudah,sudah, kalian nih bercanda terus. Sebentar lagi maghrib mending kalian segera mandi dan mempersiapkan diri untuk sholat taraweh perdana nanti malam," tiba-tiba perkataan itu terdengar dari bibir Bang Shobur, senior kami yang merupakan anak tingkat tiga.

Melihatnya seringkali aku merasa minder, Bang Shobur adalah tipe mahasiswa kutu buku sekaligus seorang aktifis rohani Islam sedikit berbeda denganku yang bertipe mie instant alias baru belajar ketika mendekati ujian semester.

"Nanti malam taraweh dimana?" tanyaku sambil kunyalakan rokok yang dari tadi kupegang.

"Biasanya aku di Masjid Baitul Maal, lebih khusuk disana meskipun hanya delapan rakaat."
jawab Bang shobur sambil mengelus jenggot kesayangannya.

"Emang kalau di musholla sebelah kost kita berapa rakaat?"tanyaku serius

"Delapan belas rakaat tapi justru lebih cepat selesai dibanding di Masjid Baitul Maal" jawab Bang Shobur lagi.

"Ah...sama aja kan delapan atau delapan belas yang penting niat kita, trus imamnya Pak Haji Sanian?" tanya Harris sambil memandang Bang Shobur.

"Iya, imamnya bapak kost kita itu, kalian mau sholat dimana?" tanya bang Shobur kepada kami sambil tersenyum.

"Mushollaaaaa sebelahhhhhh...." jawab kami bertiga serentak sambil tertawa.

"Ya udah, sekarang siapa duluan mau mandi? aku dulu ya.!!"kata Busur sambil berlari menyambar handuk yang diletakkan di gagang pintu kamarnya.

Tanpa dikomando kami pun berlomba mengambil perlengkapan mandi kami masing-masing sambil berlarian kearah kamar mandi yang hanya berjumlah dua buah diujung lorong untuk memperbutkan giliran mandi pertama.

*****

Malam itu setelah sholat Isya' , kami bertiga telah rapi berbaris rapi di shaff ketiga dari belakang di Musholla yang terletak tepat di sebelah rumah kost.

Musholla ini telah dipenuhi warga sekitar Jalan Kalimongso maupun mahasiswa yang tinggal di sekitar Musholla ini.

"Rame juga ya..."bisikku sambil memandang ke arah Haris.

"Namanya juga minggu pertama, masih semangat" jawabnya ringan.

"Hushhh ! diem napa sih kalian berisik amat!!" sela Busur sambil nyengir menghentikan pembicaraanku.

"Halah, belum juga mulai". jawabku sambil mengelus rambut kesayangan Busur.

Sesaat setelah kami menghentikan pembicaraan, muadzin mengumandangkan khomad tanda sholat taraweh dimulai.
Kami pun segera berdiri dan memulai shalat taraweh berjamaah di Musholla itu.

Rakaat demi rakaat terlewati tanpa terasa, dan tibalah kami pada rakaat kedelapan. Setelah imam mengucapkan salam kedua sekaligus menutup rakaat itu tiba-tiba beberapa orang yang ada dibarisan depan shaff kami beranjak meninggalkan barisan mereka dan bergerak keluar meninggalkan musholla.

"Mau kemana mereka?" tanyaku pada Haris yang berada di sebelah kananku.

Tanpa menjawab pertanyaanku Haris berlari kecil meninggalkanku kemudian mengikuti orang-orang yang keluar tersebut.

"Yuk, susul Haris!" kataku sambil menepuk lengan Busur yang masih kebingungan.

Dan setelah mengambil sendal jepit di tangga musholla kulihat Haris sedang berbincang dengan salah seorang yang meninggalkan musholla lebih awal tadi di halaman musholla itu.

"Edisi Mahasiswa.!!" tiba-tiba kata-kata itu keluar dari mulut Haris ketika mendekatiku.

"Apa maksudnya?" tanyaku penasaran sambil mengikuti langkahnya menuju kost.

"Tunggu, nyeker gue nih,sandal gue hilang!!"kata Busur mengikuti kami.

"Hahahaha...ada-ada aja sih nasib sialmu." kataku sambil tertawa diikutin senyum Haris yang mengiyakan.

"Eh, apa maksud edisi mahasiswa tadi?" tanya Busur penasaran.

"Delapan rakaat kita makmum sholat Taraweh di Musholla setelah itu sholat witir kita lanjutkan di kamar masing-masing" jawab Haris sambil tersenyum.

"Oh...itu yang kamu bicarakan dengan orang tadi di depan musholla tadi ya?" tanyaku pada Haris.

"Iya, itu tadi kakak kelas kita bilang kebiasaan mereka selama ini begitu." jawab Haris sambil membuka pintu kamar kos.

Kejadian itu awal dari kebiasaan kami bertiga mengikuti sholat Taraweh di musholla sampai dengan minggu terakhir sebelum libur lebaran dengan sholat Taraweh yang kami sebut dengan "Edisi Mahasiswa".


Tidak ada komentar: